Andaikata Bisa Lebih Panjang Lagi ~ All About Tutorial
All About Tutorial

Search On Google

Monday, January 16, 2012

Andaikata Bisa Lebih Panjang Lagi

Seperti yang telah biasa dilakukannya ketika salah satu sahabatnya meninggal dunia
Rosulullah SAW akan mengantar jenazahnya sampai ke kuburan. Pada saat pulangnya
disempatkan oleh Beliau singgah untuk menghibur dan menenangkan keluarga almarhum
supaya tetap bersabar dan tawakal menerima musibah itu. Kemudian Rosulullah berkata,
“tidakkah almarhum mengucapkan wasiat sebelum wafatnya?” Istrinya menjawab, saya
mendengar dia mengatakan sesuatu di antara dengkur nafasnya yang tersengal-sengal
menjelang ajal”
“Apa yang di katakannya?”, Saya tidak tahu, ya Rosulullah, apakah ucapannya itu
sekedar rintihan sebelum mati, ataukah pekikan pedih karena dahsyatnya sakaratul maut.
Cuma, ucapannya memang sulit dipahami lantaran merupakan kalimat yang terpotongpotong.
“Bagaimana bunyinya?” desak Rosulullah. Istri yang setia itu menjawab, suami saya
mengatakan “Andaikata bisa lebih panjang lagi …. andaikata yang masih baru …. Andaikata semuanya ….” hanya itulah yang tertangkap sehingga kami bingung dibuatnya. Apakah perkataan-perkataan itu igauan dalam keadaan tidak sadar, ataukah pesan-pesan yang tidak selesai?”
Rosulullah tersenyum, “sungguh yang diucapkan suamimu itu tidak keliru,” ujar Beliau.
Kisahnya begini. Pada suatu hari ia sedang bergegas akan ke masjid untuk melaksanakan
shalat jum'at. Di tengah jalan ia berjumpa dengan orang buta yang bertujuan sama. Si buta itu tersaruk-saruk karena tidak ada yang menuntun. Maka suamimu yang membimbingnya hingga tiba di masjid. Tatkala hendak menghembuskan nafas
penghabisan, ia menyaksikan pahala amal sholehnya itu, lalu iapun berkata “andaikan bisa lebih panjang lagi”. Maksudnya, andaikata jalan ke masjid itu lebih panjang lagi, pasti pahalanya akan lebih besar pula.
Ucapan lainnya ya Rosulullah?” tanya sang istri mulai tertarik. Nabi menjawab, adapun
ucapannya yang kedua dikatakannya tatkala ia melihat hasil perbuatannya yang lain.
Sebab pada hari berikutnya, waktu ia pergi ke masjid pagi-pagi, sedangkan cuaca dingin
sekali, di tepi jalan ia melihat seorang lelaki tua yang tengah duduk menggigil, hampir mati kedinginan. Kebetulan suamimu membawa sebuah mantel baru selain yang dipakainya.
Maka ia mencopot mantelnya yang lama, diberikannya kepada lelaki tersebut. Dan
mantelnya yang baru lalu dikenakannya. Menjelang saat-saat terakhirnya, suamimu
melihat balasan amal kebajikannya itu sehingga ia pun menyesal dan berkata, “Coba
andaikan yang masih baru yang kuberikan kepadanya dan bukan mantelku yang lama,
pasti pahalaku jauh lebih besar lagi”. Itulah yang dikatakan suamimu selengkapnya.
Kemudian, ucapannya yang ketiga, apa maksudnya, ya Rosulullah?” tanya sang istri makin ingin tahu. Dengan sabar Nabi menjelaskan, “ingatkah kamu pada suatu ketika suamimu datang dalam keadaan sangat lapar dan meminta disediakan makanan? Engkau
menghidangkan sepotong roti yang telah dicampur dengan daging. Namun, tatkala hendak dimakannya, tiba-tiba seorang musyafir mengetuk pintu dan meminta makanan. Suamimu lantas membagi rotinya menjadi dua potong, yang sebelah diberikan kepada musyafir itu.
Dengan demikian, pada waktu suamimu akan nazak (hampir ajal), ia menyaksikan betapa
besarnya pahala dari amalannya itu. Karenanya, ia pun menyesal dan berkata, “kalau aku
tahu begini hasilnya, musyafir itu tidak hanya kuberi separoh. Sebab andaikata semuanya kuberikan padanya, sudah pasti ganjaranku akan berlipat ganda” .
Memang begitulah keadilan Tuhan. Pada hakekatnya, apabila kita berbuat baik,
sebetulnya kita juga yang beruntung, bukan orang lain. Lantaran segala tindak-tanduk
kita tidak lepas dari penilaian Allah. Sama halnya jika kita berbuat buruk. Akibatnya juga
akan menimpa diri kita sendiri, sebagaimana firman Allah SWT di dalam Al-Qur’an Surat Al Isra ayat 7.
ِإ ْن َأ ْﺣ َﺴْﻨُﺘ ْﻢ َأ ْﺣ َﺴْﻨُﺘ ْﻢ ﻷْﻧُﻔ ِﺴ ُﻜْﻢ َوِإ ْن َأ َﺳْﺄُﺗ ْﻢ َﻓَﻠ َﮭﺎ
Artinya : 'Kalau kamu berbuat baik, sebetulnya kamu berbuat baik untuk dirimu. Dan jika kamu berbuat buruk, berarti kamu telah berbuat buruk atas dirimu pula ….. .´ (Surat Al Isra ayat 7).
Semoga kisah di atas bisa menjadi renungan dan menginspirasi kita semua untuk menjadi
manusia yang terbaik, yang bermanfaat dan pandai memanfaatkan sedikit waktu yang
diberikan Tuhan Yang Maha Kuasa Allah SWT. Kita sering lengah dan terbuai dengan
waktu yang ada, seolah-olah masih bisa hidup seribu tahun lamanya, padahal tak
seorangpun yang tahu dan tidak ada jaminan apakah tahun depan, bulan depan, minggu
depan bahkan esok hari, kita masih diberikan umur yang panjang.
َواْﻟ َﻌ ْﺼ ِﺮ (١) ِإ ﱠن اﻹْﻧ َﺴﺎ َن َﻟِﻔﻲ ُﺧ ْﺴ ٍﺮ (٢) ِإϻ اﱠﻟ ِﺬﯾ َﻦ آ َﻣُﻨﻮا َو َﻋ ِﻤُﻠﻮا اﻟ ﱠﺼﺎِﻟ َﺤﺎ ِت َوَﺗ َﻮا َﺻ ْﻮا ِﺑﺎْﻟ َﺤ ِّﻖ
َوَﺗ َﻮا َﺻ ْﻮا ِﺑﺎﻟ ﱠﺼْﺒ ِﺮ (٣(٣


Artinya :1.Demi masa. 2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, 3.
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati
supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (QS: Al ‘Ashr ayat 1-3)
Share:

0 comments:

Post a Comment

Ads Here

Blog Archive


Ads Here